Sekedar celoteh sambil lalu, diketik pas malam-malam, sambil ngemil dan begadang. Jangan terlalu dalam dipikirkan, jangan bawa-bawa perasaan, jangan marah, dan salam sayang.

Selasa, 06 Mei 2014

Patah

"Untung cuma plakat yang patah, bukan semangatmu", ujarmu ringan. Aku sekedar tertawa begitu saja. Ini bukan kali pertama, aku memperjuangkan sesuatu, aku menang, aku menerima penghargaan, lalu simbol yang tanganku pegang patah tak tahan.


Yang kemudian seringkali membuatku bertahan melanjutkan perjalanan adalah sederet kalimat sederhana yang tak bosan-bosan kau bilang. Tentang kepentingan semangat yang tak sedikitpun boleh padam, dan bagaimana dia harus tetap lantang. Tentang rentang waktu duapuluhempat jam yang akan dengan hebat memberi kesempatan, tekanan, kesenangan, dan rindu yang mendalam. Yang seharusnya selalu diperjuangkan.


Lalu sekali lagi hatiku memantapkan sesuatu untuk dikejar, menggantung tak nyaman di langit-langit kamar, pada keempat sisi dinding penjaga malam, sepanjang jalan, menggoda dalam bayang-bayang. Jadi bukankah sekali lagi harus kembali bertaruh, tegak, berjuang untuk satu lagi mimpi yang terlanjur lontar pada pikiran?


Pada akhirnya aku sekali lagi tertawa, kau lagi-lagi benar dengan sederhana, bukan segenggam simbol penghargaan yang akan berdiri diam di pojokan atau mungkin hancur berkeping lalu hilang. Tapi tentang arti dibalik selamat yang dipujakan sang penganugerah, tentang daya juang yang berdiri angkuh dibelakang label penghargaan. Semangat. Dan bagaimana dia bertahan, bagaimana dia terus berkembang dan menebar lantang sebuah mimpi yang menantang.



diantara subuh, yang luruh bersama kumandang adzan Jogja,

semangatmu istimewa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar