Siang ini, menyoal 07’07’13 yang lalu,
Duduk di samping bapak tua dengan gurat-gurat lelah diwajahnya, ah
ya, tetap saja dia terlihat luar biasa.
Penampilannya sederhana, menyandang tas biru seadanya dan bingkisan hari raya.
Aku, tentu saja tak bisa sekedar diam pura-pura tidak memperhatikan, yang seperti
ini terlalu hebat untuk dilewatkan. Pada akhirnya aku tak bisa menahan diri dan
mengalirlah berondong tanyaku yang ingin tahu.
Dia, bapak itu, sedang dalam
rangka mudik hari raya, terlalu dini memang, bahkan sebelum ramadhan dimulai,
tapi begitulah ceritanya. Dia hendak pulang pada keluarganya yang di ujung
Magelang sana. Dia, buruh proyek yang sebentar lagi akan menikmati liburan
puasa, sebulan lebih tentu saja. Kutanya mengapa dia sendiri saja, dia jawab
rekannya tak hendak pulang sekarang. Dia bilang orang-orang masih sibuk mengumpulkan
uang, ya berdagang ya serabutan. Dan dia, memilih pulang segera, untuk
istrinya, untuk anak-anaknya, untuk keluarganya, dan tentu saja untuk
ibadahnya. Ah ya! Bahkan kelakarnya begitu sederhana, “Badan bapak sudah tua,
sudah tak seharusnya bekerja ekstra sambil puasa, kasihan nanti teman sekerja
dibebani saja. Ya asal kebutuhan tercukupi sudah bahagia rasanya”
Lalu apa kabar bingkisan yang dibawanya? Itu hadiah dari perusahaan
tempatnya memburuh, sebuah bingkisan yang sesederhana penampilannya. Pulpy orange,
biskuit roma kelapa, sekotak keripik smax, sirup ABC, tek kotak madu, dan
sekaleng wafer selamat. Ya kira-kira 50 ribu sama keranjangnya didapat dengan harga grosir +
diskon sana-sini. Sekali lagi aku tak kuasa menahan ekspresi penasaran itu keluar dengan
memalukan. Dan si bapak kembali membongkar tanpa diminta memberi jawaban. Seperti pikirku,
tentu saja bingkisan itu jadi THR dari bosnya. Dia, baru 3 bulan bergabung
dalam proyek itu, pembangunan sebuah hotel dikota, dan teramat bahagia menerima
THR-nya yang tak seberapa.
*mengenang sebuah perjalanan menuju rumah ibu
tujuh juli dua ribu tiga belas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar