Sekedar celoteh sambil lalu, diketik pas malam-malam, sambil ngemil dan begadang. Jangan terlalu dalam dipikirkan, jangan bawa-bawa perasaan, jangan marah, dan salam sayang.

Senin, 11 November 2013

Dalam Sebuah Perjalanan Siang

Siang ini, menyoal 07’07’13 yang lalu,

Duduk di samping bapak tua dengan gurat-gurat lelah diwajahnya, ah ya, tetap  saja dia terlihat luar biasa. Penampilannya sederhana, menyandang tas biru seadanya dan bingkisan hari raya. Aku, tentu saja tak bisa sekedar diam pura-pura tidak memperhatikan, yang seperti ini terlalu hebat untuk dilewatkan. Pada akhirnya aku tak bisa menahan diri dan mengalirlah berondong tanyaku yang ingin tahu.

Dia, bapak itu, sedang dalam rangka mudik hari raya, terlalu dini memang, bahkan sebelum ramadhan dimulai, tapi begitulah ceritanya. Dia hendak pulang pada keluarganya yang di ujung Magelang sana. Dia, buruh proyek yang sebentar lagi akan menikmati liburan puasa, sebulan lebih tentu saja. Kutanya mengapa dia sendiri saja, dia jawab rekannya tak hendak pulang sekarang. Dia bilang orang-orang masih sibuk mengumpulkan uang, ya berdagang ya serabutan. Dan dia, memilih pulang segera, untuk istrinya, untuk anak-anaknya, untuk keluarganya, dan tentu saja untuk ibadahnya. Ah ya! Bahkan kelakarnya begitu sederhana, “Badan bapak sudah tua, sudah tak seharusnya bekerja ekstra sambil puasa, kasihan nanti teman sekerja dibebani saja. Ya asal kebutuhan tercukupi sudah bahagia rasanya”

Lalu apa kabar bingkisan yang dibawanya? Itu hadiah dari perusahaan tempatnya memburuh, sebuah bingkisan yang sesederhana penampilannya. Pulpy orange, biskuit roma kelapa, sekotak keripik smax, sirup ABC, tek kotak madu, dan sekaleng wafer selamat. Ya kira-kira 50 ribu sama keranjangnya didapat dengan harga grosir + diskon sana-sini. Sekali lagi aku tak kuasa menahan ekspresi penasaran itu keluar dengan memalukan. Dan si bapak kembali membongkar tanpa diminta memberi jawaban. Seperti pikirku, tentu saja bingkisan itu jadi THR dari bosnya. Dia, baru 3 bulan bergabung dalam proyek itu, pembangunan sebuah hotel dikota, dan teramat bahagia menerima THR-nya yang tak seberapa.

Lalu, sekali lagi membuatku tak henti berpikir tetang bahagia yang tak bersyarat, yang mutlak tanpa embel-embel istimewa. Bagaimanapun, bukankah sederhana, bahwa setiap orang memiliki cara sendiri-sendiri untuk menikmati hidupnya, untuk membangun bahagianya. 

*mengenang sebuah perjalanan menuju rumah ibu
tujuh juli dua ribu tiga belas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar